Kamis, 07 Februari 2013

Tersiratnya Makhroj-Makhroj Cinta Ghozali

Oleh : Nur al'Aini, X MAFU, melalui edit
Note : Tulisan tidak sesuai tema lomba

____________________________
Kisah ini terjadi pada jaman dahulu, kisah cinta yang terjadi antara santri putra dan putri. Maaf apabila kisah ini kurang menarik, banyak salahnya, dan mungkin menyinggung perasaan.

Dahulu ada anak laki yang bandel dan nakal. Begitu nakalnya hingga orang tuanya tidak mampu mengurusnya, sehingga ia dimasukkan ke pesantren. Hepni Ghozali, itulah namanya. Waktu dia didaftarkan di pesantren, dia sudah mengenal seorang perempuan yang sebaya dengannya, dia bernama ULUN (nama diganti). Ulun dan Ghozali sangatlah berbeda. Ulun anak yang rajin, sholehah, pintar, taat agama. Sedangkan Ghozali, dia nakal dan suka meremehkan orang.

Ketika mereka lulus SMP, mereka langsung didaftarkan masuk pesantren. Ghozali ingin mengatakan sesuatu kepada Ulum, tetapi tidak sempat terucap karena Ulun terlebih dulu masuk pesantren. Berbeda dengan Ulun yang rajin pintar, Ghozali adalah pemalas tingkat tinggi, saking pemalasnya dia tidak bisa menyebutkan jumlah huruf hijaiyah. .... Hari-hari Ghozali di pesantren begitu memalukan. Dia sering bolos. Keluar malam. Tidak masuk sekolah dan lain-lain. Kalau tidak dimarahi... yah dia di tindak sama pengurusnya.

Sementara Ulun sangat di sanjung oleh teman santrinya karena kepintarannya. Para Ustadz-pun membanggakannya. Dia menjadi perbincangan para ustadz. (Ust yang mana ya...?), Berita itu di dengar oleh Ghozali, sehingga mulai giat belajar, sampai dia sampai ke pelajaran makhroj-makhroj hijaiyah. Tetapi, Ghozali justru mendengar bahwa salah satu Ustadz*) di pesantrennya menyenangi Ulun.

Terjadilah persaingan antara si Ustadz dan Ghozali.

Ghozali marah ketika suatu hari dia menemukan photo Ulum di dalam buku sang ustadz. Di dalam file photo dalam HP si ustadz juga ada picture Ulun. Kemarahan Ghozali di lampiaskan dengan membuang HP si Ustadz ke sungai.

Kejadian ini di tangani pengurus pesantren. Ghozali di tindak. Dia harus berlari mengelilingi halaman pesantren putri sebanyak 10 kali. (seperti ujian praktek olah raga nih). Dan di dadanya dia dikalungi kertas bertuliskan daftar pelanggarannya.

Ghozali gugup tetapi dia juga senang karena berharap bisa bertemu / menatap Ulun. Santri putri berbisik "kasihan dia". Ghozali terus berlari, hingga dia nelihat Ulun di pojok asrama sambil membaca kitab. Ulum melempar senyum ke Ghozali sehingga hati Ghozali merasa senang, seketika itu dai melemparkan kertas (surat) yang berjudul "makhroj cinta untuk Ulun" yang isinya sebuah kalung dan kata-kata rahasia.

Hari pun berlalu. Liburan pesantren tiba. Ghozali menunggu di gerbang kuning menunggu jawaban Ulun. Ulun datang dan tersenyum sambil menjatuhkan kertas yang bertuliskan __ Kasihku, bersabarlah ! __

"Subhananllah", kata Ghozali

*) Nama Ustadz di rahasiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar