Sabtu, 26 Januari 2013

RASA YANG SALAH

Oleh: Z Maisyah, XI MAFU, edit.

________________________
Sesungguhnya engkaulah mahluk yang ku sayang, tetapi cinta kita ini cinta terlarang ......

Sepenggal lirik lagu yang selalu mengingatku pada masa, dimana pertama kali aku mengenal apa itu sebenarnya cinta.

Kisahku dimulai dari awal pertemuanku dengan seorang yang berhasil memikat hatiku. Mungkin sampai saat ini aku terus mengaguminya. Aku sudah setahun disini mengabdi kepada pesantren setelah aku lulus dari pendidikan diniyah ibtida'iy. Kesibukanku hanya membantu Nyai (pengasuh pesantren) untuk menyiapkan makanan bagi para guru laki-perempuan yang bertugas mengajar para santri. Ketika aku sedang menjalankan rutinitasku seperti biasanya, tiba-tiba ada orang memanggilku dari arah belakang, "Assalamualaikum...-mbak buatkan saya teh hangat ya !"

Aku begitu tercengang melihatnya, dengan suara lembut dia menyuruhku, sungguh aku terpesona. Sejak hari itu, entah kenapa, wajahnya yang penuh aura kesejukan selalu tergambar di hatiku dan pikiranku.

Keesokan harinya aku berharap bertemu kembali. Ternyata rejeki lagi berpihak kepadaku, dia datang dan menyuruhku lagi membuat teh hangat dengan sedikit gula, "Saya sangat suka dengan teh butan Mbak..., rasanya PASS banget." Ujarnya padaku. Perkataannya yang lembut dengan didasari senyum yang menyejukkan hati membuat hatiku berbunga-bunga.

Hari demi hari selalu kulalui dengan hadirnya si pemilik senyum sejuk itu. Sampai suatu hari ketika aku membuatkn teh untuknya, aku tepergok temanku yang tiba-tiba datang menghampiriku, "Hai Rin... buat siapa?". "Buat tuh... Ustad yang biasa ke sini" jawabku. Aku melihat wajah aneh dari temanku ini, lalu katanya "Setahuku tidak ada Ustad baru deh..., Adanya putra Kyai yang baru datang dari Kairo itu". Ucapan Nita membuatku hampir menjatuhkan teh yang ku buat.

"Tuhan..., tidak mungkin aku suka dengan putra seorang kyai, orang yang seharusnya aku hormati itu.". Dalam hati aku terus bertanya apakah benar orang yag memikat hatiku adalah putra kyai. Setelah mendengar kata-kata dari Nita, aku langsung mengantarkan teh pesanannya dan mencoba memberanikan diri untuk menanyakan hal yang dikatakan Nita. "Permisi, maaf, kalau saya lancang, apa benar anda adalah putra kyai yang baru pulang itu?". Dia hanya tersenyum dan berdiri tepat dihadapanku seraya berkata: "Memang ada maslah kalau aku putra kyai?". Aku begitu terkejut menengarnya, ternyata selama ini aku telah menjadi santri yang durhaka kepada guru, aku berani menaruh rasa kepadanya, sebenanrnya rasa ini tidak pantas aku rasakan. Tiba-tiba suara lembut itu membuyarkan lamunanaku. "Airin, meski aku putra kyai, bukan berarti kita tidak bisa berteman kan...?". Aku menatap ke dua mata yang sejak tadi menatapku dan.. "Maafkan aku yang telah lancang untuk mencoba kenal dan dekat dengan anda, dan terima kasih telah mengijinkan saya untuk menjdi teman anda". Dia tetap menatapku tajam sampai aku tidak lagi berani menatap mata itu dan aku meninggalkannya dengan hormat. "Assalamualaikum..."

Semenjak itu aku tidak pernah melihatnya lagi. Menurut informasi, dia sudah kembali ke Kairo melanjutkan kuliahnya. Itulah kenapa sampai saat ini aku tidak mau lagi mengenal cinta karena aku takut salah dalam memilih cinta. Aku tidak akan mengulang lagi mencintai seseorang yang menjadi guruku dan kucoba melupakan semua ini dengan melewati hari-hariku mengabdi di pesantren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar