Jumat, 18 Januari 2013

CINTA TAK HARUS MEMILIKI

Oleh: I R D, IX Mts FU, tanpa edit.
Tema: Cinta Terlarang

"Maha suci Engkau ya Allah, telah menciptakan makhluq yang senyuman dan suaranya menggetarkan hati. Sungguh maha besar Engkau ya Allah, yang telah menyelipkan sebuah keindahan dalam dirinya. Tapi, mengapa engkau pertemukan kami jika akhirnya Kau pisahkan seperti ini..."

Rintihku, Dikala aku terjaga di sepertiga malam, membasuh wajahku dengan air wudlu', kemudian bertahajjud. Sunyi. Senyap. Hanya keheningan malam yang menemani.Kutatap langit malam, menerawang mengingat mas alalu.

Kisah itu, berawal ketika aku liburan maulid Nabi, istirahat 15 hari di rumah setelah 5 bulan belajar di pesantren. Tiga hari setelah aku pulang ke rumah, ada nomor tidak dikenal menelponku. Aku mengira itu nomor telpon temanku di pesantren, tetapi ternyata setelah ku angkat....
" assalamualaikum..."sapaku, waalaikumussalam, jawab seseorang dari suara handphonku. Aku kaget, yang menjawab telphonku adalah suara seorang lelaki. "ini siapa ya...? tanyaku heran. "aku Arif, kamu Alivia kan...?" Tanyanya menebak namaku."Arif...? Arif siapa ya...?aku gak kenal!" kataku lagi. "Kamu memang tidak kenal aku, tapi aku yang kenal kamu, Alivia pemenang juara 1 lomba tartil Quran, Benar...?" serunya sok akrab.

Aku bingung karena memang aku tidak mengenalnya. Tapi perbincangan lewat telpon itu berlanjut. Dan entah mengapa, kami langsung akrab, hari-hari liburanku diisi oleh suara Arif yang ternyata juga seorang santri dan satu pesantren denganku. Aku kaget ketika suatu saat dia SMS padaku "Alivia, aku ingin berkata jujur, mungkin ini mengejutkan untukmu, tapi, SANTRI JUGA MANUSIA, yang berhak mengungkapkan isi hatinya. Sungguh, Allah telah menaburkan benih-benih cinta dihatiku untukmu. Dan cinta itu semakin tumbuh. aku menunggu jawabanmu. Dibalas atau tidaknya cintaku, hanya hatimu dan Allah yang tahu." Dia menyatakan cinta padaku. Aku senang sekaligus bingung karena di pesantren dilarang pacaran. (di luar pesantren memangnya boleh...). Kalau aku membalas cintanya berarti aku melanggar peraturan pesantren. Aku kalah dengan nafsuku yang dari dulu memang ingin punya pacar, artinya aku terima cinta Arif tanpa memikirkan peraturan pesantren.

Kami menjalin hubungan sampai tiba saatnya kembali ke pesantren. Karena kami satu pesantren, jadi kami sering bertemu, walaupun hanya sebatas tukar pandang.

Cinta terlarangku pun berdampak negatif pada prestasiku, konsentrasiku selalu buyar lantaran terbayang senyum manis si Arif. Prestasiku drop, turun 180%. tetapi aku tetap berhubungan dengan Arif, hingga tiba waktunya liburan imtihan. Aku pulang lagi, telpon-telponan lagi dengan Arif.

Benar kata pepatah, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. 13 hari setelah pulang ke rumah, aku dapat telpon dari Dela, sahabatku. Dia memberitahuku kalau dia akan dijodohkan dengan anak sahabat abin-nya, aku ikut senang karena sepertinya Dela menerima perjodohan itu. "Siapa namanya..?" tanyaku. "Arif, kata Abi dia satu pesantren dengan kita" jawab Dela antusias. "ARIF...? apa nama lengkapnya Syarif HidayatulLah...?" Tanyaku gugup. "Iya benar, kok kamu tahu?" Seru Dela heran. "E...Gak, dia teman kakakku!" seruku.

GLArrrrrrrrrr, diriku bagai di hunjam ribuan batu meteor dari langit yang langsung meluluhlantakkan hatiku, bagaimana tidak, Syarif Hidayatullah adalah nama Arif kekasihku. Aku syok. Hingga tak sadar HP-ku terlepas dari genggaman. Untungnya aku duduk di sofa jadi HP-ku tidak rusak. Remuk rasanya hatiku. Tak terasa bulira air mata mulai menetes dari sudut mataku.

Dikala aku sedang di ambang kehancuran, Arif menelponku, "Assalamualaikum". "waalaikum salam" lirihku. "Kamu kenapa...? suaramu beda!, " aku tidak apa-apa" tepisku meyakinkan. Lalu ..." Livia, aku mau bilang sesuatu!". "Aku tahu, aku sudah mendengarnya dari calon istrimu", kataku. "Calon istri, bagaimana bisa...? Kata Arif.

"Kau dijodohkan, iya kan...? dan kau tahu siapa calon istrimu...? namanya Dela. Dia adalah sahabatku!."

Arif : "Jadi,..... maafkan aku Livia, aku tidak bisa menolak, karena ini wasiat Ayahku sebelum meninggal"

"Tidak perlu minta maaf, mungkin ini hukuman dari Allah atas pelanggaranku. Cinta kita terlarang.Cinta kita tidak halal, itulah mengapa kita sekarang dipisahkan"

Arif : "Tidak,..! takdir Allah yang memisahkan kita"

"Aku tahu, tapi mengapa kita dipertemukan kalo akhirnya dipisahkan seperti ini." Pecah tangisku saat itu. Arif hanya diam. Tak ada pembelaan darinya." Sudahlah, mungkin ini jalan terbaik, aku coba mengihlaskanmu, hanya satu pesanku, jaga sahabtku dengan baik. Barokallah lakuma, semoga Allah selalu meridhoimu. Terimakasih untuk cinta yang pernah kau berikan, assalamualaikum." Ku tutup telponku.

Segera aku berlari ke kamar, membenamkan wajahku ke bantal, menangis sejadi-jadinya.

Sejak saat itu, aku mengerti, hubungan yang sebatas pacaran tidak terlalu kuat ikatannya, lapuk dan rapuh di makan waktu.

Saat ini aku harus berusaha hidup tanpa bayang-bayang Arif. Menjalani hidup di pesantren dengan baik, karena aku sekarang adalah orang yang mencari ILMU, bukan CINTA.

"Berusahalah mencintai tiap-tiap yang kau miliki, tapi jangan berusaha memiliki tiap-tiap yang kau cintai."

1 komentar: